SLB-B Donbosco Wonosobo Buka Stan di Kemenag Expo
MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – SLB-B Don Bosco Wonosobo turut meramaikan gelaran Kemenag Expo yang dihelat Kemenag Wonosobo dan memperkenalkan karya terbaru dari para siswa nya yang bertajuk Semesta Kami. Dijelaskan salah satu pengajar yang terlibat di penyusunan karya, Antonius Tejo Pranyoto buku yang berisi 47 kisah dari para siswa Don Bosco itu mengangkat kumpulan cerita pendek tentang berkisah tentang isi hati anak-anak tunarungu (tuli) dalam ekspresi bahasa mereka sendiri. “Kumpulan Cerita Semesta Kami Ungkapan Cinta Anak Sunyi ini ditulis oleh anak-anak dari Don Bosco Wonosobo, sekolah khusus anak putra tuna rungu-wicara. Cetakan pertama dari buku ini diterbitkan pada Desember 2019 lalu. Buku ini berisi kisah-kisah yang berisi ungkapan rasa sayang, rindu, kagum, dan juga doa-doa untuk orang-orang yang mereka kasihi,” kata Tejo kemarin (10/1). Dalam proses penyusunan, anak-anak didampingi oleh para guru, serta praktisi penulis sekaligus blogger Wonosobo Wening Tyas Suminar. Baca Juga Ratusan Lubang Terlihat di Jalur Utama Menuju Kota Wonosobo Dijelaskan Anton, proses penulisan diawali dengan menulis manual atau di atas kertas dan dibimbing untuk bisa menuangkan perasaan mereka dalam tulisan. Di SLBB Don Bosco, anak-anak diajari untuk berbahasa visual dengan memperhatikan mulut lawan bicara, sehingga mereka terbiasa berkomunikasi secara langsung. Itu jadi tantangan tersendiri dalam proses penyusunan sebelum cetak selama sedikitnya dua bulan terakhir. \"Bukunya ini bahasanya sederhana karena keterbatasan teman-teman juga yang minim bahasa, kami kumpulkan tulisan mereka dan dijadikan buku, rencananya mau dijadikan dua buku, tapi ini yang pertama, nanti kalau bisa akan ada lagi,” kata Tejo yang mengajar sebagai guru artikulasi di sekolah itu. Meskipun ditulis dalam rangkaian diksi yang sederhana, proses buku itu tidaklah mudah. Anak-anak tuna rungu-wicara memiliki keterbatasan dalam bahasa, mereka memiliki bahasa yang minim dan hanya mengerti kosa kata sederhana untuk berkomunikasi. Meskipun diksi yang digunakan cukup terbatas, anak-anak berusaha sejujur mungkin menyampaikan cerita yag banyak berputar di keluarga seperti bagaimana mereka melihat dan berinteraksi dengan orang tua. “Butuh waktu empat bulanan untuk menyelesaikan tulisan di buku ini. Mengingat kondisi teman-teman. Kami ingin menuliskan bagaimana mereka menyampaikan perasaan mereka, kalau sedang rindu dengan keluarga, atau kata-kata untuk orang yang mereka sayangi,” tambah Tejo.
Baca Juga Pilkades di Temanggung Sisakan Masalah, Sejumlah Rumah Warga Dilempari Batu Di ekspo yang dihelat tiga hari di sasana Adipura Kencana itu, hadir dua siswa Don Bosco yang membantu mempromosikan buku, yaitu Zidane Tifaal Maulana dan Harald Jalu Wicakson. Pada awalnya, mereka cukup kesulitan saat mulai menulis tapi mereka merasa senang dengan tulisan mereka. Dengan lahirnya satu karya bersama itu, mereka juga berharap bisa belajar menulis lagi. (win)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: